CBA: Kinerja Garuda Sedang Terbang Menuju ke Arah Kebangkrutan

Ekonomi27,686 views

Jakarta – Pilot senior Garuda pendapatan perbulannya bisa sampai Rp 150 juta, angka ini belum dihitung segudang fasilitas yang didapatkan seperti tunjangan kesehatan, asuransi, sampai tunjangan pensiun.

Koordinator Investigasi Center for Budget Analysis (CBA) Jajang Nurjaman pun mempertanyakan pendapatan perbulan jajaran Direksi di Garuda Indonesia.

“Untuk pilot saja bisa sampai ratusan juta, lalu bagaimana dengan jajaran direksinya? ,” tanya Jajang, hari ini.

Kata dia, tentunya jauh lebih besar, di tahun 2016 contohnya badan usaha milik negara ini perbulannya butuh Rp 1,7 miliar hanya untuk gaji satu orang direktur. Dengan jumlah 4 orang direktur saat itu, uang negara yang dikeluarkan dalam satu tahun sampai Rp 20 miliar hanya untuk gaji belum tunjangan lainnya.

“Puluhan miliar uang negara yang dikeluarkan untuk jajaran direksi garuda ternyata tidak serta merta meningkatkan kinerja perusahaan pelat merah ini. Terlihat dari laporan kerja operasional PT Garuda, di mana pertumbuhan penumpang dari tahun ke tahun justru mengalami penurunan,” bebernya.

Dalam kurun waktu 2013 ke 2014 misalnya, kata dia, pertumbuhan penumpang Garuda sanggup menyentuh angka 4.174.038 orang. Di tahun selanjutnya antara 2014 ke 2015 pertumbuhan penumpang Garuda justru menurun drastis menjadi 3.821.750 . Terdapat penurunan yang sangat tinggi sebanyak 352.288 penumpang.

Lebih parah lagi pertumbuhan penumpang di tahun 2015 ke 2016, dimana garuda hanya sanggup menambah 2.038.820 penumpang.

“Ini berarti maskapai penerbangan milik negara ini kehilangan pelanggan sebanyak 1.782.930,” ucapnya.

Di tahun 2016, kata dia, Garuda benar-benar jatuh. Bahkan Rini Soemarno Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sampai turun tangan dengan mengganti Direktur Utama (Dirut) Garuda Arif Wibowo.

Meskipun sudah diisi Dirut baru yakni Pahala N Mansury, di tahun selanjutnya 2017 kinerja garuda masih terseok-seok. Pertumbuhan penumpang di tahun 2017 masih mandeg di angka 2.936.181. Masih sangat jauh dari pencapaian 2013-2014 sebanyak 4.174.038 orang.

“Merosotnya pertumbuhan penumpang dari tahun ke tahun, dampaknya sangat fatal, bisa-bisa terbang Tinggi menuju ke arah ke bangkrutan,” kata dia lagi.

Karena, menurut dia, Garuda ditaksir merugi sampai Rp 2 triliun pada akhirnya tahun 2017, dan pada akhir Maret 2018 Garuda Indonesia juga rugi sampai sebanyak USD 67.572.839 atau setara dengan Rp.878.446.907.000. 

“Hal ini disayangkan karena maskapai kebanggaan masyarakat Indonesia nasibnya terseok-seok jauh tertinggal dari maskapai milik negara tetangga seperti Singapura Airlines,” pungkasnya.

Komentar