Bersama Para Santri Ponpes Al Hamid, Polisi Serukan Perangi Hoax

Polhukam41,298 views

JAKARTA – Wakil Kepala Polda Metro Jaya, Brigadir Jenderal Polisi Purwadi Ariyanto menyampaikan bahwa demokrasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun demikian, ia mengingatkan agar demokrasi yang memberikan kebebasan berekspresi dan berpendapat tidak disalahgunakan.

“Indonesia negara demokrasi punya kebebasan berpendepat, berekspresi, berkumpul. Tapi sistem demokrasi ada dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah terciptanya kesejahteraan, dan dampak negatifny adalah tersebarnya berita hoax dan SARA,” kata Brigjen Pol Purwadi dalam kegiatan Majelis Zikir Rojalul Ansor Jakarta Timur bertemakan “Jihad Melawan Hoax” di Masjis Mantab al Falah, area Ponpes Al Hamid Putra, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (28/3/2018).

Kemudian, Jenderal Polisi bintang dua ini pun memberikan informasi bahwa sepanjang 1 tahun terakhir, jajaran kepolisian telah menggerus isu hoax.

“Pada tahun 2017, itu data hoax ada 1.441 kasus berita hoax. 2018 ada 175 hoax. Artinya Polda Metro dan intelejen Polri berhasil halau berita hoax,” terangnya.

Namun, Wakapolda Metro ini pun menegaskan bahwa untuk memerangi hoax yang saat ini marak beredar di dunia digital, perlu peran serta aktif dari seluruh stakeholder yang ada.

“Kepolisian tidak sendiri, tanpa ada mitra dan ulama, tanpa ada instansi lain tidak bisa berbuat banyak sehingga beberapa berita hoax dapat kita ungkap,” tegasnya.

Dihadapan ribuan santriwan dan santriwati bersama para anggota Nahdliyyin lainnya, Brigjen Pol Purwadi mengingatkan pentingnya tabayyun dan tidak asal sebar informasi yang tidak jelas asal usul dan pengirimnya.

“Kita harus bisa bedakan berita mana yang hoax dan mana yang fakta. Jangan mudah sebar berita yang tidak jelas asal usulnya. Apalagi dalam Islam ada budaya tabayyun. Untuk itu saya selaku pimpinan polda metro, saya ingin sampaikan; kalau kita dapat berita yang belum diketahui kebenarannya, maka kita harus compare dengan sumber berita lainnya, kalau tidak ada, maka dimungkinkan itu adalah berita hoax,” tutur Wakapolda.

Kemudian ia juga mengingatkan betapa pentingnya mengenali siapa penyebar berita dan informasi itu sebagai bagian dari keabsahan informasi yang didapat.

“Kenali sumber penyebar beritanya, kalau tidak jelas maka jangan dipercaya, silahkan blacklist. Dan tim cyber polri punya data-data penyebar hoax,” tambahnya.

Terakhir adalah tidak mudah terprovokasi dan lebih dewasa dalam menggunakan teknologi informasi.

“Kita harus berhati-hati dan dewasa ketika dapat berita yang tidak jelas sumbernya apalagi berita hoax,” tutupnya. (ibn)

Komentar