Indonesia Gagah: Say No to Hoax

Polhukam42,103 views

Jakarta – Koordinator Nasional Indonesia GAGAH (Gabungan Gerakan Anti Hoaks) menyatakan perang terhadap pelaku hoaks atau berita bohong.

“Kami menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menggunakan media sosial dan jejaring sosial secara cerdas dan cermat. Say No to Hoax,” tegas Koordinator Nasional Indonesia Gagah Nanang Qosim dalam jumpa pers bertema “Pelaku Hoaks adalah Manusia Anti Pancasila” di Kedai Kopi Lagenda, Jalan Manggarai Utara VI, No. 13, Tebet Jakarta Selatan, Rabu (14/3/2018).

Selain itu, Nanang Qosim juga menyerukan kepada aparat berwenang untuk lebih cepat dan tepat merespon berita-berita hoaks yang mengancam keutuhan NKRI.

“Kami siap berkerjasama dengan kepolisian RI dan lembaga terkait untuk melakukan pencegahan meluasnya penyebaran hoaks,” ujarnya.

Menurut Nanang, tidak ada hoax yang positif, karena hoax itu berita bohong yang bermaksud jahat. Kata dia, banyaknya berita bohong (hoaks) beredar melalui media massa dan jejaring sosial yang telah berdampak signifikan, karena pengguna media sosial tidak mengetahui secara benar dan akurat terhadap suatu berita. Tetapi pengguna media sosial sudah membenarkan berita tersebut dengan cara ikut menyebarkan kembali. Sedangkan pembuat hoaks, kemungkinan tidak berpikir dampak yang diakibatkannya.

“Selama ini sudah banyak korban dari dampak berita hoaks, instansi, tokoh-tokoh dan elemen bangsa lainnya pernah mejadi sasaran tembak bagi pembuat hoaks. Fenomena ini tanpa disadari sudah menjadi sebuah isu yang meresahkan dan mengamcam ketertiban situasi negara,” tuturnya.

Dijelaskan dia, kadang tanpa sadar penyebaran konten hoaks sangat menyakinkan, apalagi disertai data yang terlihat akurat, pengguna media sosial yang tidak berpikir kritis meramu berita hoaks untuk disebarkan kembali, akhirnya diseminasi hoax diterima khalayak ramai.

“Hoaks telah melenyapkan nalar publik terhadap situasi yang semestinya berlaku, kemungkinan penyebar dan pembuat hoaks tidak berpikir bahwa negara ini harus dirawat dengan penuh kehati-hatian, karena sifat kemajmukan bangsa ini, sangat rentan terhadap sebuah isu yang berakibat kerusuhan atau kekacauan dalam kehidupan sosial,” paparnya.

Dikatakan Nanang, adakala penyebaran berita hoaks atas dasar kepentingan elit politik tertentu untuk memenangkan kelompoknya dalam lingkup pemerintahan baik skala kecil maupun luas, sebenarnya bermaksud merebut dukungan publik, namun sering berdampak memecah belah persatuan baik dalam lingkup kecil maupun negara yang sudah terjalin dalam prinsip keberagaman dengan nilaidan norma yang telah disetujui bersama oleh seluruh konponen bangsa Indonesia.

‘Tidak dapat dipungkiri negara ini bisa hancur hanya dengan sebuah berita hoaks yang terus menerus disebar, apalagi terkait dengan etnis dan kepercayaan yang berbeda,” kata dia lagi.

Lebih lanjut, Nanang Qosim menyayangkan jika publik terus menerus disuguhi isu-isu yang berisi kebencian terhadap ras, etnis, dan kepercayaan tertentu yang bisa memancing kekisruhan dalam kehidupan masyarakat. Katanya, sangat memungkinkan akibatnya akan merontokkan segala sesuatu kekuatan bangsa ini sampai hancur sehancur sehingga anak cucu tidak pernah mengenal Indonesia sebagai bangsa yang besar dan hebat.

“Hoaks itu tidak terbantahkan dilakukan oleh pengiat media sosial demi keuntungan secara finansial maupun menarik perhatian publik, dengan cara memanfaatkan ketidaktahuan dan ketidakpedulian publik untuk memeriksa akurasi berita. Kemudian sejalan dengan waktu penyebaran berita hoaks meluas kadang kala memercik api kebencian sesama anak bangsa. Indonesia dengan keberagaman ras, etnis, dan kepercayaan sangat rentan untuk kerusuhan atau kekacauan hanya dengan “hoax” yang tidak begitu penting tersebar secara luas dan terbuka,” tuturnya.

Ditempat yang sama, Pengamat Media Ali Sodiqin memberikan apresiasi kepada aparat penegak hukum yang telah merespons fenomena hoaks yang meresahkan publik.

“Kita akui kemunculan fenomena penyerangan ulama yang beredar adalah berita bohong. Dan yang fakta hanya ada beberapa kejadian, namun secara garis besar hoaks,” ujar Ali Sodikin.

Lebih lanjut, Ali Sodikin meminta masyarakat untuk bersama-sama selektif dan sadar akan literasi media agar tidak sembarangan menyebarkan berita sampah yang tidak jelas sumbernya.

“Masyarakat luas agar selektif dan tidak mudah menyebarkan berita bohong. Semoga fenomena ini bisa dikurangi agar tidak menimbulkan kegaduhan yang lebih luas lagi,” tandasnya.

Komentar