Pilih NU-Muhammadiyah, Pernyataan Kapolri Perlu Dipahami dalam Konteks Situasi Politik yang Dinamis & Penuh Tantangan

Nasional45,901 views

Jakarta – Jaringan Aksi Pemuda Islam Jabodetabek Bung Rey angkat suara perihal cuplikan video Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang viral dengan menegaskan institusi Polri siap memperkuat kerjasama dengan ormas besar di Indonesia yakni Nahdalatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

“Alhamdulillah, Polri respon kerjasama dengan NU-Muhammadiyah. Sangat pantas, apalagi NU dan Muhammadiyah terus menjaga kedaulatan negara. Dari pada ormas lain bikin ribut terus,” ungkap Bung Rey, hari ini.

Menurut dia, hal ini mestinya tak perlu dipersoalkan oleh ormas lain yang baru muncul ketika arus demokrasi mulai terbuka lebar.

“Yang kompor ini kan ormas yang sudah selalu benci dengan Polri. Jadi jangan takut Polri pasti didukung NU dan Muhammadiyah. Ormas ini yang kemarin dibubarkan melalui Perppu Ormas mulai obok-obok, karena belum insyaf untuk ikut menjaga NKRI,” ucap Bung Rey.

Dia pun menilai pernyataan Kapolri Tito itu sudahlah tepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada sinergi antara Polri, sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas keamanan, dengan ormas Islam dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

“Pemahaman pernyataan Kapolri tersebut perlu dilakukan terutama dalam konteks situasi politik yang dinamis dan penuh tantangan,” tuturnya.

Masih kata Bung Rey, NU dan Muhammdiyah sebagai ormas Islam yang telah teruji dalam berbagai situasi di Indonesia, tidak hanya berperan saat ini saja tetapi sudah terbukti sejak jaman perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.

“Nasionalisme NU dan Muhammadiyah tentu saja tidak perlu diragukan lagi,” kata dia lagi.

Pelopor Barisan Umat Islam Kaffah (Buikaff) itu juga menyebutkan bahwa ancaman ideologi trans nasional yang berpotensi mengganggu eksistensi Pancasila tidak bisa dibiarkan. Untuk menjaga eksistesi Pancasila maka diperlukan kerjasama yang erat dari semua elemen masyarakat.

“Elemen yang dipandang perlu menjadi garda depan untuk menjaga eksistensi negara ini dari ideologi asing adalah NU dan Muhammadiyah,” bebernya.

Jadi, kata Bung Rey, sikap Polri untuk mendukung dan bekerja sama dengan NU dan Muhammadiyah sudah tepat, terutama melihat dari sejarah perkembangan organisasi dan sikap ormas tersebut terhadap perjuangan bangsa.

“Meskipun ada suara atau kekhawatiran segelintir pihak akan muncul kecemburuan dari ormas lain terhadap NU dan Muhammdiyah, hal tersebut tidak perlu dipersoalkan,” jelasnya.

Dia menambahkan bersikap nasionalis dan konsisten dalam menjaga kedaulatan negara merupakan kewajiban seluruh elemen bangsa. Sikap-sikap yang kontraproduktif terhadap hal tersebut tentu akan menjadi pertanyaan terutama saat ini dimana komitmen untuk tetap menjaga Pancasila sebagai ideologi negara harus semakin dikuatkan.

“Pilihan tegas Kapolri patut didukung. Pastinya yang gak dukung ya bagian dari ormas yang dibubarkan kemarin. Mereka cari celah untuk jatuhin citra Polri dan pemerintah, itulah misinya karena sudah sakit hati,” tegas Bung Rey.

Dukungan juga mengalir dari GP Ansor Kabupaten Cirebon Mamang M Haerudin bahwa dasar pernyataan Kapolri pilih NU dan Muhammadiyah dari historis dan pendiri bangsa.

“Kami siap jihad lahir-batin membela kemanusiaan dan NKRI,” kata dia.

Mamang mengingatkan bahwa KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan memiliki resep untuk bagaimana Islam bisa bersinergi dengan nasionalisme. Prinsip keislaman yang dipadu-padankan dengan prinsip kebangsaan.

“Kita semua tahu bukan? Ada orang mengaku berwarga negara Indonesia, beragama Islam tetapi malah mengharamkan nasionalisme, menganggap Pancasila dan demokrasi sebagai thagut. Astaghfirullah,” kata Mamang.

Lebih lanjut, Mamang mengatakan Kapolri dan Presiden Jokowi pastinya memahami betul bahwa Indonesia bangsa yang beragam. Tanpa nasionalisme maka akan sulit bersatu. Nasionalisme merupakan komitmen bersama dalam menyikapi perbedaan.

“Kita sudah sepakat perbedaan agama, suku, budaya dll bukanlah persoalan, perbedaan justru merupakan modal dan kekuatan untuk mewujudkan persatuan,” bebernya.

Oleh karena itu, tambah dia, NU dan Muhammadiyah tidak boleh lengah dari gangguan ormas-ormas radikal. Mereka ini setara dengan musuh korupsi, keduanya sama-sama penyakit yang kalau terus dibiarkan akan terus menggerogoti ukhuwah wathaniyah (solidaritas kebangsaan).

“Mereka harus ditindak tegas, karena di tangan mereka, Islam tercoreng kemuliaannya. Kapolri sangat tepat ketika memilih NU dan Muhammadiyah dalam bersama menjaga NKRI,” tukasnya.

Komentar