HUT RI Dibayangi Propaganda Terselubung? Habib Syakur: Bendera One Piece Bukan Sekadar Gaya-Gayaan

Berita Utama680 views

Jakarta – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi, menanggapi maraknya pengibaran bendera bergambar simbol anime *One Piece* menjelang HUT RI ke-80. Menurutnya, fenomena yang tampak ringan ini justru rawan menjadi alat propaganda kelompok khilafah, termasuk eks HTI, untuk menyusupkan narasi anti-NKRI.

“Jangan terkecoh. Kelompok ini pintar memainkan isu dan simbol. Mereka memanfaatkan tren budaya pop untuk mengemas pesan politik yang memecah belah bangsa,” kata Habib Syakur di Jakarta, Senin (11/8/2025).

Cloud Startup - Bikin Website Kamu Makin Ngebut

Habib Syakur menjelaskan, pola yang digunakan mirip dengan strategi mereka saat memanfaatkan isu-isu kerakyatan atau ketidakpuasan publik terhadap pemerintah. Selain itu, sudah mulai muncul influencer-influencer simpatisan khilafah seperti Felix Siauw dan juga media-media propaganda HTI sudah mulai bermain untuk komporin isu bendera One Piece.

“Ketidakadilan, masalah ekonomi, isu lingkungan, semua itu mereka bungkus seolah kepedulian, padahal ujungnya menggiring opini ke arah penolakan sistem negara kita dan menawarkan sistem khilafah,” tegasnya.

Ia menilai, argumen yang mengaitkan pengibaran bendera *One Piece* dengan kritik terhadap kapitalisme hanyalah bungkus retoris yang sengaja dihembuskan untuk membangun sentimen anti-demokrasi dan anti-Pancasila.

“Kalau bicara ketidakadilan, kita selesaikan dalam bingkai NKRI dan Pancasila. Tidak perlu mengadopsi narasi dari kelompok yang jelas-jelas punya agenda mengganti ideologi bangsa,” ujarnya.

Habib Syakur juga menegaskan, tidak ada hubungan antara simbol bajak laut fiksi dengan perjuangan rakyat Indonesia.

“Bendera tengkorak itu bukan bagian sejarah perjuangan kemerdekaan. Mereka yang memaksakan narasi sebaliknya sedang melakukan framing untuk mengaburkan makna perjuangan dan simbol nasional,” katanya.

Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terbawa arus tren yang dikendalikan pihak tertentu.

“Kelompok khilafah ini luwes. Dulu mereka pakai simbol agama, sekarang mereka masuk lewat budaya populer. Tujuannya tetap sama: meruntuhkan kepercayaan rakyat pada negara dan mengganti sistem,” tandasnya.

Habib Syakur mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya generasi muda, untuk lebih kritis terhadap isu-isu yang viral.

“Boleh saja mengkritik pemerintah, tapi lakukan dengan cara yang sehat, terbuka, dan dalam koridor konstitusi. Jangan sampai kritik kita justru dimanfaatkan musuh bangsa,” tutupnya.

Komentar