Hillary Brigitta Lasut Harap Melalui Media Sosial Citra Politik Itu Jahat Bisa Berubah

Nasional, Polhukam14,459 views

NASIONAL – Kondisi anak-anak muda saat ini seperti khawatir terhadap politik, anak-anak muda banyak yang berpikir bahwa politik itu jahat, politik itu kotor, dan politik yang apabila kita ikut berkecimpung di dalamnya kita juga ikut turut kotor.

Hal senada disampaikan oleh Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai Nasdem Hillary Brigitta Lasut sebagai pembuka paparannya pada acara Seminar Merajut Nusantara yang digelar oleh DPR RI berkerja sama dengan BAKTI Kominfo dengan tema “Politik Digital dan Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda” yang dilakukan secara live melalui Zoom Cloud Meeting dan live channel Youtube Swara Senayan di Jakarta (21/05/2021).

“Ketika orang-orang baik takut terhadap politik khawatir terhadap politik, tidak mampu dalam berpolitik bahkan tidak mau berkecimpung di dalam politik, maka orang-orang jahat lah yang akan ada di dunia politik,” ujar Hillary Brigitta Lasut pada acara seminar.

Kemampuan anak muda dalam menggunakan media sosial sangat berpengaruh dalam mengubah opini publik yang terbentuk secara keliru dan sangat mempengaruhi pemerintahan bahkan perpolitikan di tanah air kita.

Narasumber berikutnya yaitu Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Prof. Dr. Henri Subiakto, S.H.,MA, dalam paparannya ia menyampaikan saat ini teknologi telah mengubah gaya hidup masyarakat maupun anak muda. Hal ini menyebabkan terjadinya determinisme teknologi atau penentu perubahan-perubahan, termasuk perubahan politik.

“Saat ini media sosial terlihat seperti keadaan perang di mana banyak yang sedang mengumpulkan pasukan atau disebut dengan buzzer, cyber army, cybertroops yang membuat konten untuk menyerang kelompok lain menggunakan hacker atau crack,” ungkap Prof. Henri dengan lugas.

Berdasarkan hasil riset Oxford pada tahun 2017-2018 pada 70  mengenai negara apakah negara tersebut ada buzzernya atau tidak, ternyata hasilnya menunjukkan hampir semua negara memiliki buzzer. Sedangkan di Indonesia menunjukkan tidak adanya penggunaan buzzer pada bidang government agency tetapi digunakan oleh policies change and parties dan private contractures.

“Anak-anak muda boleh aktif berpolitik atau bisa ditarik sebagai politik kebangsaan atau politik NKRI. Politik yang tidak membawa identitas-identitas yang dapat meruntuhkan persatuan dan kesatuan yang sudah dibangun oleh founding father,” terang Prof. Henri pada akhir pemaparannya.

Nova Hariyan Paloh. S.E., MM selaku Ketua DPW Nasdem DKI Jakarta dan Anggota DPRD DKI Jakarta juga hadir pada seminar tersebut, sebagai narasumber ia memaparkan bahwa peran serta media sosial hari  ini sangat mempengaruhi selera politik kita ke depan, karena banyak pengaruh yang kurang baik sehingga memberikan dampak buruk.

“Maka dari itu digitalisasi politik harus didasari dengan UU ITE dan diperlukan etika yang baik dalam berpolitik digital agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat,” pungkas Nova Hariyan Paloh. *Ndi

Komentar