Komisi I DPR RI Bersama BAKTI Kominfo Ajak Pemuda Lawan Provokasi, Agitasi dan Propaganda Bermuatan Hoax Di Media Sosial

Headline, Nasional17,941 views

Nasional, Berkeadilan.com – Anggota Komisi I DPR RI bersama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo) kembali menggelar Seminar (Webinar) Merajut Nusantara dengan Tema “Peran Pemuda dalam Meningkatkan Politik Kebangsaan di Era Digital”, disiarkan Live melalui Zoom Cloud Meeting dan aplikasi Youtube SwaraSenayan https://www.youtube.com/watch?v=Mp8fex_ktxA pada Kamis, (29/04/2021).

Webinar ini menghadirkan beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, diantaranya Hillary Brigitta Lasut selaku Anggota Komisi I DPR RI, Bapak Ismail Cawidu selaku Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Ivanhoe Semen selaku Wakil Ketua Umum GAMKI.

Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Ismail Cawidu dalam pemaparannya mengatakan, politik kebangsaan bertujuan untuk memperkuat kohesivitas sosial dan persatuan nasional. Di mana lembaga yang menjalankannya harus sesuai dengan politik kebangsaan bukan politik kekuasaan.

Indonesia merupakan sebuah negara demokrasi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, dengan bahasa yang dipergunakan sebanyak 742 bahasa, dan memiliki 17.508 pulau dengan ketentuan, 34 provinsi, 497 Kab/Kota, 6.742 kecamatan dan 78.000 desa/kelurahan. Selain itu Indonesia juga memiliki keberagaman dalam keagamaan (Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Khatolik), keberagaman mata pencaharian, berbatasan dengan 10 negara, dan merupakan wilayah yang memiliki 3 pembagian waktu (WIB, WITA, dan WIT). Semua itu harus kita rawat agar tetap utuh.

“Selain memiliki banyak warisan budaya dan masyarakat yang saling hidup rukun, Indonesia juga memiliki beberapa contoh perempuan yang hebat, salah satunya anggota termuda Wakil Rakyat dari Sulawesi Utara, yaitu Hilary Brigitta Lasut,” Katanya.

Disamping memiliki kebanggaan keanekaragaman budaya, kita juga memiliki potensi yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

“Ancaman tersebut hadir berupa propaganda melalui digital. Sesuai dengan data bahwa saat ini pengguna internet sudah mencapai 175 juta (64%) dengan akses media sosial 160 juta (59%), ini merupakan kekuatan baru yang menjadi harapan sekaligus ancaman.” Ujarnya.

Adapun ancaman yang dihadapi, yaitu ancaman yang berbentuk provokasi (menyulut kebencian dan kemarahan), agitasi (hasutan kepada orang banyak untuk mengadakan huru-hara), dan propaganda (membentuk persepsi dan memanipulasi alam pikiran dan kognisi).

Rendahnya minat baca di Indonesia membuat warganya banyak yang terjebak dengan berita hoax, maka dari itu pemuda memiliki tanggung jawab ikut serta mengatasi masalah kurangnya literasi digital oleh masyarakat dalam mencerdaskan pengguna internet bersama pemerintah.

 

Anggota Komisi I DPR RI, Hillary Brigitta Lasut sebagai narasumber terakhir mengatakan, pada revolusi industri 4.0 diharapkan pemuda yang melek digital untuk dapat bergabung dengan dunia politik sehingga dapat membawa dampak positif bagi negara.

“Tentunya diharapkan anak-anak muda yang memiliki pengetahuan digital dari pada generasi yang sebelumnya untuk dapat menggunakan kesempatan ini untuk mencapai kebangsaan ketika kita mulai belajar berorganisasi, berpolitik,” Ungkap Hillary.

Dengan kepercayaan diri yang cukup dan memanfaatkan perkembangan digitalisasi kita dapat bersama-sama meraih apa yang diimpikan, misalnya menjadi politisi, pejabat pemerintahan tanpa harus merasa diri kita kecil karena masih muda, ungkap Hillary dalam akhir pemaparan. *Ndi

Komentar