Cegah Radikalisme dan Terorisme, Polda Sumbar Libatkan Mantan Pelaku Radikal

Berita Utama18,832 views

PADANG, Berkeadilan.com – Direktorat pembinaan masyarakat ( DITBINMAS) Kepolisian Daerah (POLDA) Sumatera Barat  gelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Peran masyarakat dalam mengimplementasikan nagari tageh kesehatan, keimanan, pangan, ekonomi dan menangkal intoleransi, radikalisme serta terorisme” di Hotel Grand Zuri, Padang, Selasa (26/1). Acara FGD dibuka oleh Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Drs. Toni Harmanto, MH dan  didampingi oleh Direktur Binmas Polda Sumbar Kombes Pol Johni Soeroto serta pejabat utama Polda Sumbar.

Dalam sambutannya, Irjen Pol Drs. Toni Harmanto mengajak seluruh masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk berpartisipasi dan mengantisipasi pencegahan paham intoleransi radikal dan terorisme. Tidak sekadar formalitas, kegiatan ini turut mengundang pemateri yang pernah terjun langsung dalam gerakan radikal untuk menyampaikan pengalaman hijrahnya yaitu Ken Setiawan, mantan aktivis kelompok Negara Islam Indonesia (NII) yang merupakan salah satu organisasi terlarang di Indonesia.

Dalam kapasitasnya, Ken Setiawan diminta membantu Polda Sumbar dalam menanamkan rasa cinta terhadap NKRI. Hal itu dilakukan dengan menceritakan pengalaman kelamnya ketika tergabung dan ketika keluar dalam organisasi radikal agar masyarakat waspada. Untuk memastikan materi deradikalisasi ini sampai ke pihak yang tepat, Polda Sumbar mengundang perwakilan organisasi masyarakat, lembaga pemerintah, sosial dan keagamaan. Dengan itu Polda berharap bisa menjadi penyambung lidah atau mitra kepolisian untuk menangkal intoleransi, radikalisme, terorisme dalam masyarakat. Ken Setiawan sendiri saat ini menjadi pionir gerakan Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, yaitu sebuah organisasi yang gerakannya menjadi bilik aduan masyarakat serta motor pencegahan atas gerakan radikal yang saat ini dianggap menyesatkan ummat. Tidak perlu muluk-muluk dan memakan waktu yang lama bagi kelompok radikal dalam melakukan kaderisasi, ungkap Ken Setiawan.

Bahkan Ken Setiawan memberikan simulasi perekrutan kepada salah satu peserta FGD, dalam kurun waktu 1 menit lansung bisa mengkafirkan dirinya dan merasa berada disebuah negara yang jahiliyah, negara dianggap melawan hukum Tuhan. Ken menilai bahwa organisasi intoleran dan radikal memanfaatkan kesempatan menggaet calon anggota baru saat situasi bangsa sedang terpecah belah seperti saat ini, mereka membuat proaganda seolah olah pemerintah dzalim.

Hal tersebut menjadi potensi besar bagi kelompok radikal memprovokasi masyarakat, mereka justru berharap terjadi konflik, karena itu dianggap sebuah peluang besar untuk meruntuhkan pemerintah yang dianggap zalim dan taghut,” jelasnya.

Dalam sambutannya, Irjen Pol Drs. Toni Harmanto mengajak seluruh masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk berpartisipasi dan mengantisipasi pencegahan paham intoleransi radikal dan terorisme. Tidak sekadar formalitas, kegiatan ini turut mengundang pemateri yang pernah terjun langsung dalam gerakan radikal untuk menyampaikan pengalaman hijrahnya yaitu Ken Setiawan, mantan aktivis kelompok Negara Islam Indonesia (NII) yang merupakan salah satu organisasi terlarang di Indonesia.

Dalam kapasitasnya, Ken Setiawan diminta membantu Polda Sumbar dalam menanamkan rasa cinta terhadap NKRI. Hal itu dilakukan dengan menceritakan pengalaman kelamnya ketika tergabung dan ketika keluar dalam organisasi radikal agar masyarakat waspada. Untuk memastikan materi deradikalisasi ini sampai ke pihak yang tepat, Polda Sumbar mengundang perwakilan organisasi masyarakat, lembaga pemerintah, sosial dan keagamaan. Dengan itu Polda berharap bisa menjadi penyambung lidah atau mitra kepolisian untuk menangkal intoleransi, radikalisme, terorisme dalam masyarakat. Ken Setiawan sendiri saat ini menjadi pionir gerakan Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, yaitu sebuah organisasi yang gerakannya menjadi bilik aduan masyarakat serta motor pencegahan atas gerakan radikal yang saat ini dianggap menyesatkan ummat. Tidak perlu muluk-muluk dan memakan waktu yang lama bagi kelompok radikal dalam melakukan kaderisasi, ungkap Ken Setiawan.

Bahkan Ken Setiawan memberikan simulasi perekrutan kepada salah satu peserta FGD, dalam kurun waktu 1 menit lansung bisa mengkafirkan dirinya dan merasa berada disebuah negara yang jahiliyah, negara dianggap melawan hukum Tuhan. Ken menilai bahwa organisasi intoleran dan radikal memanfaatkan kesempatan menggaet calon anggota baru saat situasi bangsa sedang terpecah belah seperti saat ini, mereka membuat proaganda seolah olah pemerintah dzalim.

Hal tersebut menjadi potensi besar bagi kelompok radikal memprovokasi masyarakat, mereka justru berharap terjadi konflik, karena itu dianggap sebuah peluang besar untuk meruntuhkan pemerintah yang dianggap zalim dan taghut,” jelasnya. []

Komentar