Geger Bendera Palestina, GPMI DKI : Ada yang Ingin Jatuhkan Anies Baswedan

Megapolitan28,401 views

Jakarta, Berkeadilan.com – Ketua Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) DKI Jakarta, Syarief Hidayatulloh menegaskan bahwa tidak ada bendera Negara Palestina di kendaraan mobil Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang digunakan oleh Anies Rasyid Baswedan dalam acara Takbir Keliling di Jakarta malam 1 Syawwal 1440 H beberapa hari yang lalu itu.

“Ah, tak ada itu bendera Palestina di mobil yang dikendarai Anies Baswedan saat berkeliling takbiran. Tidak ada,” kata Syarief kepada wartawan, Sabtu (8/6/2019).

Bendera itu kata Syarief dikibarkan oleh masyarakat yang ikut memeriahkan hari kemenangan dan bukan dibawa oleh kendaraan yang ditumpangi Anies.

Syarief menilai narasi dan angel foto yang di-viral-kan oleh beberapa kalangan itu hanya bagian dari upaya untuk mendelegitimasi Gubernur DKI Jakarta itu saja.

“Tampaknya itu sengaja diciptakan oleh orang-orang yang akan menjatuhkan Gubernur yang dicintai rakyat Jakarta,” ujarnya.

Kemudian Syarief juga menilai bahwa upaya delegitimasi Anies Baswedan itu berkaitan dengan dikembalikannya tradisi tahunan masyarakat Indonesia, yakni takbir keliling ketika ditetapkan sebagai malam 1 Syawwal.

Posisi bendera Palestina dengan keberadaan Anies Baswedan buktikan bendera tersebut tidak dikibarkan di kendaraan yang ditumpangi Gubernur DKI Jakarta itu.

Apalagi sepanjang pemerintahan sebelumnya khususnya Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tradisi semacam itu tidak diperkenankan. Sehingga ketika diperbolehkan digelar lagi, ada beberapa pihak yang bisa saja tidak suka dan mencari celah untuk merusak citra Anies Baswedan.

“Karena ini tradisi yang sudah ratusan tahun bahkan berabad-abad dilakukan. Ini terjadi lagi saat Gubernur Muslim memperbolehkan masyakat takbiran,” tuturnya.

Selain itu, Syarief juga mengaku cukup menyayangkan sikap beberapa kalangan yang malah mem-bully kebijakan Gubernur Anies yang mengizinkan digelarnya takbir keliling di malam hari kemenangan usai menjalankan puasa Ramadhan.

“Suasana di malam takbiran mestinya tidak ada yang dipolitisi karena semata-mata kegembiraan umat muslim yang berbeda dengan tahun lalu,” terang Syarief.

Komentar